* ini, aku ngerangkum dari buku Muhammad Teladanku dari Sygma :)
Pada bulan kesepuluh Hijriyah dan
diikuti sekitar seratus empat puluh kaum Muslimin yang datang dari seluruh
penjuru Arabia untuk melakukan haji perpisahan atau haji yang terakhir kalinya
bagi Rasulullah. Teman-teman, wahyu yang terakhir turun yaitu (Q.S. Al Maidah,
5 : 3) dengan turunnya ayat tsb artinya pada hari itu juga agama islam telah
sempurna dan tidak akan turun wahyu lagi, yang menangis mendengar turunnya ayat
tsb adalah Umar bin Khatab “bukankah ya Rasulullah, jika sesuatu telah mencapai
titik kesempurnaan, maka yang datang adalah suatu kemunduran?” Tanya Umar,
Rasulullah menjawab “Engkau benar, ya Umar”
Teman-teman, setelah turunnya ayat
tersebut, Rasulullah masih hidup selama 81 hari ditengah para sahabatnya. Pada
suatu malam, (hari itu adalah hari pertama Rasul sakit) Rasulullah tidak bisa
tidur, akhirnya beliau pergi ke suatu tempat bersama pembantunya Abu
Muwayhiba, “aku mendapat perintah memintakan ampun untuk penghuni Baqi” kata
Rasulullah. Ketika sampai, setelah meminta ampun, Rasulullah berkata “Abu
Muwayhiba, aku telah diberi anak kunci isi di dunia ini serta kekekalan
didalamya, lalu surga. Aku disuruh memilih ini atau bertemu dengan Allah lalu
surga”. Hampir memohon, Abu Muwayhiba berkata “demi ayah bundaku, ambil sajalah
kunci isi di dunia ini dan hidup kekal di dalamya, lalu surga”. “Tidak, aku memilih
kembali menghadap Allah dan surga” pada hari-hari pertama Rasul sakit walau
saat demam tinggi beliau teteap pergi ke masjid untuk memimpin shalat.
Pada saat telah dekat waktu wafat
Rasulullah sekelompok sahabat berkumpul di rumah Bunda Aisyah, disinilah beliau
melewatkan masa sakitnya sampai kelak beliau wafat. Beliau berwasiat “Hendaklah
Ali memandikanku, Al Fadhal bin Abbas dan Usamah bin Zaid menuangkan air. Dan
kemudian kafanilah dengan kain saya. Letakan jenazahku diatas tempat tidurku
lalu bawalah saya keluar sejenak,maka awal yang memberi shalawat adalah
Allah Azza wa Jalla, lalu Jibril, Mikail, Israfil dan segenap
malaikat”
Usamah bin Zaid mendengar Rasullulah
sekit keras. Ketika itu ia sedang memimpin kaum Muslimin untuk mengusir
kekuasaan Romawi, ia kembali ke Madinah hanya untuk menjenguk Rasulullah…
Rasulullah menyuruh Bilal untuk
menyampaikan pada Abu Bakar untuk memimpin shalat menggantikan beliau karna
kondisinya sudah tidak memungkinkan, saat Bunda Aisyah medengarnya dia berkata
pada Rasulullah “Ya Rasulullah, Ayahku adalah orang yang lemah dan jika
menggantikan engkau, sunnguh dia tidak akan mampu” pandangan tajam Bunda
Aisyah sudah mampu menangkap maksud jauh Rasulullah dengan meminta ayahnya
menjadi imam, berarti Rasulullah sudah memberi isyarat bahwa Abu Bakarlah yang
kelak memimpin kaum Muslimin setelah beliau.
Pada suatu hari Rasul dituntun
sepupunya Fadhal bin Abbas ke masjid untuk melakukan shalat berjamaah
terakhirnya, di Masjid, Abu Bakar sedang memimpin shalat subuh, melihat Rasulullah
datang, kaum Muslimin yang sedang shalat saking gembiranya sampai tidak khusyuk
dalam shalatnya. Abu Bakar merasakan gerakan mendadak pada para jamaah, maka
dia mendapat kesimpulan bahwa Rasulullah datang, maka Abu Bakar mundur dari
tempatnya untuk memberi tempat untuk Rasulullah menjadi imam, tapi Rasulullah
mendorongnya kembali dan beliau shalat sebagai makmum. Beliau sangat senang
melihat kaum Muslimin sudah memenuhi masjid dengan penuh semanagt beribadah.
Setelah selesai shalat, para Kaum Muslimin beranggapan bahwa kondisi Rasul
sudah pulih kembali, dan mereka tidak mengetahui bahwa hari itu adalah hari
terakhir beliau. Sampai-sampai Usamah bin Zaid meminta izin untuk
memberangkatkan pasukannya yang sempat tertunda, Abu Bakar juga mengunjungi salah
seorang istrinya yang berada di Madinah dan semuanya kembali pada urusan
masing-masing. Saat pulang, demam beliau semakin tinggi sampai beliau pingsan.
Hari itu tanggal 08 juni tahun 632
Masehi, hari itu Allah memerintahkan Izrail sang Malaikat Maut untuk mencabut
roh Rasulullah “Turunlah engkau kepada kekasih-Ku dengan rupa yang
sebagus-bagusnya dan bersikaplah lemah lembut kepadanya saat menngenggam
rohnya. Apabila ia telah memberi izin kepada engkau, maka barulah engkau
memasuki rumahnaya. Apabila tidak diizinkan, maka janganlah engkau masuk dan
kembali sajalah!”. Saat itu Rasullulah sedang berbaring lemas di tengah ruangan
dipangkuan Bunda Aisyah. Fathimahlah yang membukakan pintu, dan ia sangat
terkejut mengetahui siapa yang datang pada saat itu.
“Seorang lelaki Arab memenggil Ayah.
Telah aku katakan kepadanya bahwa Rasulullah repot dengan dirinya. Kemudian
orang itu memanggil sekali lagi dan kuberi jawaban yang sama, tetapi dia
memandangku. Maka, tegak meremanglah bulu roma kulitku, takutlah hatiku, gemetar
segala tulang persendianku, dan berubah pucatlah warna kulitku.” Rasulullah
menjawab “Tahukah engkau siapa yang datang ya, Fathimah?” “Tidak tahu, Ayah”
“Itulah dia pemusnah segala kelezatan hidup, pemutus segala kesenangan,
pencerai-berai persatuan, peroboh rumah tangga, dan penambah ramai penghuni
kubur”
Mendengar itu, mengertilah putri
Rasulullah itu siapa yang kini telah datang. Menangislah Fathimah dengan tangis
yang keras menjadi-jadi. Rasulullah menghapus air mata putrinya itu dan berkata
“Ya, Fathimah, janganlah menangis sebab engkaulah anggota keluargaku yang
pertama akan menyusulku” mendengar ucapan ayahnya, Fathimah tersenyum kembali.
Pada saat itu kepala Rasulullah berada tergeletak dipangkuan Bunda
Aisyah.
Rasulullah berkata pada Malaikat Maut
yang menunggu diluar “Silakan engkau masuk ya malaikat maut” lalu masuklah
Izrail sambil megucapkan salam, lalu dijawab oleh Rasulullah. Rasulullah
bertanya “Ya malaikat maut, dimana tadi engkau tinggalkan Jibril?” “saya
tingglkan dia dilangit dunia dan para malaikat senantiasa memuliakannya”
“Bolehkah saya meminta Jibril untuk datang?” maka Jibril pun datang menyusul
dan duduk dekat kepala Rasulullah “Ya Jibril, apakah engkau tahu bahwa perintah
sudah dekat?” “Benar ya Rasulullah” angguk Jibril. “Gembirakanlah saya ya
Jibril” maka dengan penuh keagungan pada Rasulullah, Jibril menghibur
Rasulullah dengan berkata “Sesungguhya, pintu-pintu langit telah terbuka dan
para Malaikat telah siap berbaris menunngu kedatangan roh engkau di langit.
Pintu-pintu surga telah dibuka serta para bidadari telah berhias untuk
menyongsong kedatangan rohmu” “Alhamdulillah. Namun sesungguhya bukan itu yang
kutanyakan, melainkan bagaimana keadaan umatku pada Hari Kiamat nanti?”
Jibril tercenung. Inilah orang yang
begitu mulia. Pada saat ajalnya telah menjelang, justru ia baru akan merasa
senang jika mendengar kabar tenteng nasib umatnya nanti. Jibril menjawab “Aku
beri engkau kabar gembira bahwa Allah telah berfirman ‘Sesungguhnya, Aku telah
mengharamkan surga bagi semua nabi sebelum engkau memasukinya, juga pada ummat
manusia sebelum umatmu memasukinya’ ” “Sekarang barulah senang hatiku dan
hilang rusuhku. Ya Malaikat Maut, sekarang mendekatlah kepadaku” lalu Izrail
mendekat dan melakukan pemeriksaan sejenak untuk menggenggam roh
Rasulullah.lalu perlahan-lahan, Izrail menarik roh Rasulullah, setelah mencapai
pusat, Rasulullah menoleh pada Jibril dan berkata “Ya Jibril, alangkah beratnya
penderitaan maut itu. Allahumma ya Allah, tolonglah aku dalam sakaratul maut
ini”. Lalu Jibril memalingkan wajah dari Rasulullah. Melihat itu Rasulullah
bertanya “apakah engkau benci melihat wajahku?” “Wahai kekasih Allah, siapa
kiranya gerangan yang sampai hati melihat wajahmu, sedang engkau sedang
sakaratul maut?”
Rasulullah yang sedang berada
dipangkuan bunda Aisyah. Bunda Aisyah menuturkan “Terasa olehku Rasulullah
sudah memberat di pangkuanku. Kuperhatikan air mukanya. Ternyata, pandangan
beliau mengarah ke atas seraya mengucapkan ’Wahai Handai Tertinggi dari surga’”
Anas bin Malik yang turut hadir
mengatakan “Ketika roh Rasulullah telah sampai di dada, beliau masih dapat
bersabda ‘Aku berpesan kepada kamu semua tentang shalat dan tentang hamba-hanba
yang berada di bawah tanggung jawab kamu’ Dan pada penghujung napasnya yang
terakhir, beliau menggerakan kedua bibirnya 2 kali, lalu aku medekatkan
telingaku pada bibir beliau dan aku mendengarkan baik-baik, beliau barkata
perlahan ‘Ummati! Ummati!’ (Umatku! Umatku!)”
Hari itu hari Senin tanggal 12 Rabiul
Awal tahun kesebelas Hijriah pada kala matahari telah tergelincir di tengah
hari, sementara wajah beliau dalam keadaan berseri-seri dan tersenyum. Inna
lillahi wa inna ilaihi rajiun… meskipun Fathimah telah bersabar atas
kematian ayahnya, dia tidak pernah tertawa setelah kematian beliau. Abu Ja’far
juga mengatakan, “Aku tidak pernah melihat Fathimah tertawa setelah wafat
Rasulullah”
Teman-Teman, ternyata Rasulullah sangat
menyayangi kita, ketika ajal menjemputnya, Rasulullah masih sempat
memanggil-manggil kita, selaku umatnya. Subhanallah…
Sebuah syair berbunyi ,
Sekiranya dunia ini
kekal untuk seseorang,
Sesungguhnya
Rasulullah adalah penghuninya yang abadi.
Subhanallah ceritanya, sangat menghayati :)
BalasHapusTerimakasih ^^
HapusTerimakasih juga atas kunjungannya :)