Tahun
ke Tahun. Zaman ke
Zaman. Dekade ke Dekade. Abad ke Abad. Dan akan terus seperti itu, waktu
begulir sangat cepat, secepat kilat… waktu mengubah segalanya dari mulai bentuk
morfologi fauna, dari Dinosaurus sampai kadal yang biasanya ada di comberan dan
di sawah, yang revolusinya memakan waktu ratusan juta tahun. Juga manusia.
Manusia? Ikut berevolusi? Dari monyet sampai manusia modern? Oh, maaf. Maksud
gue ‘perilakunya’
Di
Zaman yang super-duper-mega canggih ini, sangat tidak asing lagi bila kata
“pacaran” bergelayut di telinga? Hayo.. gue berani bertaruh bahwa hampir
seluruh manusia dipermukaan bumi ini pernah mendengar itu. Anak SD, bahkan TK
sudah mengerti definisinya… Inalillahi.. dasarnya pacaran itu artinya saling
memiliki antara perempuan dan laki-laki, saling setia dll. Waduh… seperti suami
isteri saja. Pacaran, sampai detik ini dan seterusnya sudah menjadi trend,
budaya, adat yang menempel ke darah daging. Mulai dari pacaran yang sepele,
sampai ke point final, yaitu zina (jangan dibayangkan ya, sob). Karena memang fact,
segala sesuatu yang biggest itu dimulai
dari yang smallest thing.. ada sebuah dalil yang mengatakan bahwa kita dilarang
mendekati zina, lha? Mendekati saja sudah dilarang, apalagi zina.
Astaghfirullah. (Sesuatu yang dilarang, jika dilakukan berakibat dosa).
Dewasa
ini, bila kita tidak pacaran, artinya kita manusia purba (kamseupay), sedangkan
yang melakukannya adalah manusia normal (modern). Lihat perbedaannya? Zaman
dahulu pacaran itu adalah hubungan sebelum tunangan, yang kemudian dilanjutkan
dengan menikah. Dan artinya, pacaran pada waktu itu adalah sebuah keseriusan…
Beda dengan sekarang, pacaran itu, permainan. Dan kebanyakan, orang yang tahu
pacaran itu tidak boleh, tidak berani melarang temannya yang pacaran, karena
zaman sekarang itu pacaran itu seperti bukanlah dosa. Ya, seolah motto
orang-orang kebanyakan seperti ini “Gak Pacaran? Kamseupay!”
Coba,
berapa kali sobat semua melihat segelintir pasangan kekasih, yang umumnya
remaja berserakan di tempat-tempat hiburan? Kalau saya sendiri sering
melihatnya. Terus terang, geli melihatnya. Tidakkah kalian merasa bingung?
Orang orang pacaran, lalu break up, ganti pacar lagi, break up lagi… Dan terus
seperti itu, seorang remaja saja, bisa-bisa ganti pacar sampai belasan kali?
Coba? Tujuannya apa sih? Tentu umur belasan itu masih jauh dari usia pernikahan
pada umumnya di kota-kota metropolitan di Indonesia. Jadi untuk apa ?
Biasanya,
alasan para pemabuk cinta dewasa ini, kebanyakan seperti ini
“Mumpung
masih muda, nikmati sajalah!”
“Wajar
donk, hak kita kan pacaran”
“Zaman
sekarang kalo gak punya pacar itu aneh!”
“Lagian
ortu gua ngizinin kok”
“Gapapa
deh, selama pacarannya gak berlebihan ini”
Lha?
Umur gaada yang tahu sob! Iya… masih muda, emangnya lo pikir lo pada hidup
seratus taun? Gimana coba waktu lagi pacaran, berduaan. Malaikat Izrail
nyamperin dengan bentuk dan paras wajah yang sangat menyeramkan dan saat itu
pula kalian dicabut nyawanya? Mau pada apa kalau ceritanya udah begitu? Kurang
suram palagi tuh, hidup? Dan kejadian itu bukan Cuma cerita… Bukannya
menginggal dalam khusnul khatimah, nah ini sedang berbuat dosa? Maksiat?
Naudzubillah. Jangan sampe ya, sob.
Ayo
sob, bagi yang sudah terlanjur pacaran renungi ini… entah nanti menikah dengan
suami/isteri… masa mereka akan menjadi kesekian orang, dan bukan orang yang
pertama yang menyentuh kalian, memiliki hati kalian seutuhnya. Kan kasihan… dan
kalian bukan lagi barang baru, namun
yang sudah kesekian kali dipakai lalu dibuang dan dipakai lagi. Apalagi jika
ada yang sudah melalukan hubungan sebelum nikah yang sangat dimurkai Allah…
Astaghfirullah.
Semoga
catatan gue kali ini berguna ya… Ayoo! Pintu taubat masih terbuka lebaaaaaaar
kayak mulut ular. Allah itu maha pemaaf dan penyayang, so you guys don’t be
that doubt! Allah paaasti maafin kesalahan ummatnya, asalkan taubatnya nasuha
dan berusaha untuk jangan ngulang lagi. Okay guys? We’ll meet again on my next
posting, InsyaAllah.
Keep
fightiiiing ! :D