vv Understand that failure is not the opposite of success .. But part of success.: Kaki kami bukanlah kaki kuda atau unta!

Jumat, 23 Maret 2012

Kaki kami bukanlah kaki kuda atau unta!


Pagi hari itu adalah ‘Neraka Jahannam’ buatku.. Pasalnya sosok Head Master yang fenomenal itu cukup membuatku merasa “ingin mati” Kata-katanya pagi itu cukup membuatku jadi taubat nasuha. Kalau lelaki sedang marah itu garangnya seratus kali lipat dari buaya kelaparan, itulah yang kurasakan.
Pagi itu adalah pagi yang mendung dilangit Cijawura. Pukul 06:45 tepat kegiatan baris-beraris rutin dilaksanakan dilapangan, kegiatan baris-berbaris selama 15 menit itu biasanya santri-santri yang ditunjuk dituntut untuk khutbah singkat didepan seluruh santri, atau ‘bai’at santri’ biasa disebut juga ikrar, atau mufradat, jadi orang yang didepan melafalkan kata-kata dalam bahasa arab, lalu semua santri diwajibkan mengulaginya, .. Ah.. Selama ±3 tahun ini, entah berapa ratus kali aku melakukan hal tersebut.
“Ah.. da kelas Sembilan mah, udah bebas mereun, lagian di jadwal masuknya jam 07:00 jadi ngga usah baris ah.” Pikirku, aku yakin kalau pikiranku tidak sepenuhnya salah… karena di jadwal jelas terpampang bahwa jam sekolah itu pukul 07:00 pas. tapi… yasudah.
Lalu saat yang lain berbaris dilapangan … aku dan sebagian teman2ku malah berlari memanjat tangga. Diam duduk malas di kelas bersama teman-temanku yang juga malas. Santai. Seolah ini adalah dosa yang termaafkan, berpikir bahwa ini adalah wajar dan, sangat santai… Tak lama kemudian …
BRAK !!
Pintu neraka baru saja terbuka, dan Neraka Jahannam baru saja dimulai, oh tidak.. jangan orang itu, oh tentu saja… keberuntungan tidak dipihakku kali ini. Boss sekolahku datang dengan amarah memuncak, sambil berteriak bahwa siapa yang tadi tidak ikut baris harus lari 5 keliling, dan itu adalah jarak yang cukup jauh, 1 putaran kira-kira ±30-50meter  … Aku tak kuat mendengar marahnya, membuat malu saja, aku lebih suka seluruh binatang berteriak kabur dari kebun binatang dari pada itu. Sinting! Aku yang saat itu tidak sadar bahwa aku sedang datang bulan, sontak aku dan seluruh isi kelas menghambur ke pintu. BUK! Sang kepala sekolah membanting pintu dari dalam keluar, tepat mengenaiku, membentur kepala sebelah kiriku, tepat mengenai telinga, sesakit-sakitnya aku tak begitu mempedulikannya, yang penting aku harus lari sekencang-kencangnya, mecoba terus menjauh dari teriakan maut itu, lalu aku dan yang lain melejit melewati koridor yang licin, berlari turun tangga. Malu sekali rasanya kala kami diperhatikan para junior kami saat kami berlari melewati lapangan, sebagai ‘Kakak Kelas Yang Tak Memberi Contoh Baik’ atau ‘Kakak Kelas Langganan Hukuman’ Ah, just kill me now ! …
Teriakannya, sepanjang jalan terus mengiang-ngiang dikepalaku.. seakan wajahnya memutari kepalaku, bersama telingaku yang panas, jika kusentuh bengkak rasanya. Ugh!
Aku dan yang yang lain berhasil sejauh ini, menjauhi seorang yang begitu aku segani selama hidupku… kami pun sedikit lega, aku mulai menarik nafas relax. Tapi oh siapa itu??? Ternyata dia mengejar dari belakang dengan menggunakan motor. Sial! Dan dia tepat dibelakang kami bertiga. Sedikit saja kami perlahan lari kami, dia terus menyuruh kami agar berlari lebih cepat. Kaki kami bukanlah kaki kuda atau unta! Kami Cuma anak perempuan! Ah.. nyaliku tak sebesar Nabi Daud A.S melawan Jalut. Aku ingin sekali berkata sekencang-kencangnya padanya bahwa aku sangat benci ini! Lebih dari apapun! Mau taruh dimana wajahku? Sial.
Sepanjang jalan aku terus mengoceh tentang ini, bahwa kakiku pegal, marah-marahnya yang seram, tentang segalanya yang menyangkut semua ini aku lontarkan bersama perutku yang kram setelah 3 putaran, ya.. aku belum sarapan.
Setelah 5 putaran kami bertiga masuk kelas.. Dengan langkah yang gontai dan raut wajah lemas.. aku direngkuh oleh temanku karena aku sangat lemas, oh aku sangat berterima kasih akan hal itu… saat aku duduk dibangku, bersama hati yang terbakar, wajah memerah panas, perut kram, juga keringat bercucuran deras… perutku seperti ada yang melilit, meremas. Aku tak kuat.. ingin dipangkuan Bunda rasanya, tak sanggup aku duduk tegak sekalipun, aku memejamkan mata sekuat-kuatnya.. kuharap saat ku membuka mata aku berada dikamarku, dan ini hanyalah mimpi… dan oh.. bodoh. Butiran-butiran air malah bermunculan dari sudut mataku, sial.
Hahahahaha… memalukan, bukan? Terus mengeluh dan mengoceh itu ternyata tak akan pernah menjadi penyelesaian masalah, yang ada syaitan malah terus meniupkan api amarah dan membuat hati semakin panas membara. Setelah aku merenungi semuanya, setelah aku terus menyalahkan sang kepala sekolah yang super sekali itu, aku jadi sadar yang salah itu sebenarnya aku. Dan kurasa dia itu benar, toh karena itu aku benar-benar kapok dan taubat nasuha. karna aku pikir, sebenarnya untuk itulah dia melakukan itu. Tak akan pernah terlupakan! Satu pelajaran beharga yang taakan pernah aku dapatkan “Jangan Pernah Meremehkan Kesalahan Kecil, Maka Kau Sendiri Yang Akan Merasakan Akibat Yang Lebih Besar”.. untuk kepala sekolahku yang sangat kusegani ; Aku sangat berterima kasih untuk itu, terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar